Headlines News :
Home » » Muslim Pertama yang Berhasil Duduk di Kongres AS

Muslim Pertama yang Berhasil Duduk di Kongres AS

Written By Admin on Rabu, 15 Februari 2012 | 23.54


Keith Maurice Ellison
Keith dilahirkan dari keluarga Katholik di Detroit dan dibesarkan serta dididik di sekolah Katholik. Namun bagi Keith, ia tidak pernah merasakan kenyamanan dengan agama yang ia yakini ini. "Aku hanya merasa itu ritual dan dogma,Jadi saya pun kehilangan ketertarikan dan berhenti berkunjung ke Misa (kegiataan keagamaan) kecuali bila diminta." Akunya
Ketika menempuh pendidikan di Wayne State University, Detroit, Ellison- sapaan akrabnya- mengaku mulai  mencari hal yang berbeda. ia tertarik mendengar kisah seseorang yang berpindah agama. "Saat itu saya benar-benar ingin melihat dan mendengar bagaimana sesungguhnya kisah seseorang yang mengalami perubahan keyakinan. Karena saya tidak," ujar pria kelahiran 4 Agustus 1963 ini.




Sewaktu kuliahnya, ia terdorong dengan perkumpulan multinasional di kampusnya. Keith begitu terilhami oleh buku "The Autobiography of Malcom X", salah satu tokoh Muslim Kulit Hitam dari Amerika Serikat.

Ditambah pertemanan dengan sesama mahasiswa di sana yang telah mempraktikkan agama Islam, akhirnya memantapkan dia untuk pindah keyakinan menjadi Muslim. Pada tahun 1983 tepat di usianya ke 19 Keith Maurice Ellison resmi menjadi seorang Muslim.” Sejak saat itu hingga kini Islam selalu cocok untuk saya." Ungkapnya.

Pertama kali muncul sebagai kandidat untuk jabatan publik pada tahun 1998, sewaktu mencalonkan diri untuk mendapat nominasi dari DFL agar jadi anggota dewan legislatif Negara Bagian Minnesota. Dia mendaftar sebagai Keith Ellison Muhammad. Jabatan publik baru benar-benar dipegangnya ketika pada tahun 2002 dia terpilih sebagai anggota legislatif Minnesota sesi ke-83, sebagai wakil untuk distrik 58B. Dua tahun berikutnya (2004), dia terpilih lagi sebagai anggota legislatif Minnesota ke-84 dengan memenangkan 84% suara.
Dia terpilih menjadi anggota Kongres AS ketika berumur 43 tahun, berprofesi sebagai pengacara. Ketika mengambil sumpah pertama kali pada 2007 silam ia memegang Al Quran milik Thomas Jefferson. Banyak orang terkejut setelah tahu ia adalah Muslim pertama yang berhasil duduk di Kongres AS.

"Saat pertama berada di Kongres, sesungguhnya saya sendiri pun terkejut karena banyak orang terpana bahwa saya adalah Muslim pertama di sana," ujar Ellison, anggota Demokrat yang telah bertugas dalam tiga putaran di Parlemen AS, seperti dikutip CNN.

menjabat menjadi anggota Kongres AS ia berhasil mematahkan serangan personal terhadap dirinya, menjelaskan posisi terhadap berbagai organisasi Islam, bahkan yang paling dicurigai sekalipun, memberi tahu siapa yang mendanai kampanyenya, menyerukan penarikan mundur pasukan AS dari Irak, mencari dukungan dengan platform populis (membela kepentingan masyarakat umum). Dia juga mengkritik pemerintahan Bush dalam "perang melawan teror".
"Saya pikir keamanan kita di dunia ini dan perjuangan kita melawan terorisme harus dimulai dengan gagasan bahwa Amerika adalah negara demokratis yang membela kepentingan HAM di antara proses semua itu. Anda harus mengijinkan orang untuk menghadapi hambatan mereka", kata Ellison.
Menghadapi banyak rintangan dalam karir politik karena seorang Muslim, tak membuat Ellison berpikir mengubah kembali keyakinannya. "Keyakinan saya dan identitas saya adalah Muslim. Saya tak pernah melihatnya sebagai sesuatu yang memberatkan, begitu pula dalam pekerjaan," ujarnya.

"Itu sekedar aspek dalam kehidupan saya. Waktu di mana kita hidup dan kita harus merespon kenyataan dunia di mana kita berada di dalamnya," ujar Ellison berfilsafat.

Bukan hanya kendala, tetapi juga pengakuan. Ellison merasa bahwa keyakinanny telah mengubahnya menjadi figur nasional terutama bagi Muslim AS. "Di luar keinginan, saya menjadi seperti figur simbolis," ujarnya.

Meski sejauh ini ia sukes mengamankan karir politiknya, anggota Demokrat itu mengakui lawan politiknya kerap menggunakan keyakinannya sebagai isu kampanye pemilihan Kongres. Mereka berkata 'Pilihlah saya karena Ellison adalah Muslim dan saya bukan,' saya akan ingatkan, "sembilan dari sepuluh pemilih akan melihat bahwa cara itu sebagai kebodohan. " ujarnya.

Namun, kampanye macam itu sama sekali tak menyakitinya. "Justru saya merasa kasihan dengan orang-orang yang menggunakan cara tadi," tambahnya.

Ellison dalam misinya selalu menekankan untuk menggunakan keimanan sebagai penghubung lintas keyakinan dalam komunitas di AS. "Iman seharusnya menjadi jembatan setiap manusia untuk saling berhubungan, bukan pembentuk dinding," ujarnya.
Pada tahun 2008, Ellison menunaikan ibadah haji dan berangkat dari washington DC. Ia bersama dengan ribuan jemaah haji asal AS lainnya bergabung dengan 3 juta jemaah haji lainnya. Menurut Ellison, berhaji merupakan pengalaman transformative. “ Satu kebahagiaan yang tak terhingga ketika berkumpul dengan jutaan umat yang satu iman dengan berbeda ras dan warna kulit,” tuturnya. Ryan Febrianti ( berbagai sumber )
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

'Quote'

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah"
- Pramoedya Ananta Toer-

" Pensil yang tumpul lebih baik dari ingatan yang tajam"
- Kaelany HD -

" Wa Laa Tamutunna Illa wa antum Kaatibuun "
- Prof.Ali Yaqub -




 
Support : Ekonomi Islam | Yans Doank | Murabahah Center
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ryan's Blog - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Yans Doank