Headlines News :
Home » , » Ekonomi Islam dan Bung Hatta

Ekonomi Islam dan Bung Hatta

Written By Admin on Selasa, 17 Januari 2012 | 22.03


Bung Hatta dan Ekonomi Islam

” Pandangan-pandangan Hatta dalam bidang ekonomi sangat sejalan dengan maqashid al syariah. sistem ekonomi yang hendak dikembangkannya adalah sistem ekonomi yang berketuhanan, bukan ekonomi yang menghandalkan kebebasan pasar secara mutlak “

Mohammad Hatta atau kerap dipanggil Bung Hatta adalah salah seorang founding fathers dan tokoh proklamator Republik Indonesia bersama Soekarno. Ia telah banyak berbuat dan berjasa bagi Negara ini. Bahkan dia dikenal sebagai salah seorang arsitek dan peletak dasar-dasar demokrasi politik dan ekonomi ke dalam konstitusi Negara RI, yaitu UUD 1945.

Hatta telah meletakkan hal-hal yang berhubungan dengan tanggung jawab Negara dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial serta menjadikan koperasi sebagai bangun usaha yang sesuai dengan perekonomian rakyat. Oleh karena peran dan jasa-jasanya tersebut dia dianggap sebagai “ Bapak Kedaulatan Rakyat dan Bapak Ekonomi Rakyat. Bahkan  diberi gelar Bapak Koperasi.”

Umer Chapra dalam percakapanya dengan Sri-Edi Swasono setelah mendengar penjelasan tentang pemikiran ekonomi Hatta menilai bahwa Hatta adalah seorang yang arif dan bijaksana yang memiliki kemampuan melihat jauh ke depan.

Dalam dunia birokrasi Hatta juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang disiplin. Dia tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan Negara. Hal ini terlihat secara dekat dalam ungkapan yang diceritakan Rahmi Hatta, Istri Bung Hatta, sempat mengeluh karena Hatta tidak pernah memberi tahu bahwa Indonesia yang terdapat pada masyarakat desa  yang asli bercorak kolektif dan mendapat sinar serta penerangan dari agama.

Aplikasi  dari konsep tersebut ke dalam kehidupan ekonomi dan politik, telah dirumuskan oleh Hatta seperti yang termuat dalam pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi,

“ …(1) Perekonomian disusun sebgai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan, (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung  di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

Hal ini  menunjukkan bahwa secara ideologis, Hatta ingin membangun sebuah sistem ekonomi yang sesuai dengan watak bangsa Indonesia yang religius dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjunjung tinggi prinsip dan cita-cita tolong menolong, bukan mementingkan diri sendiri, sekuler dan ateistis.

Hatta mempunyai konsep tentang bagaimana menegakkan dan menciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahtera. Menurutnya ada dua persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, harus ada jiwa dan semangat tolong menolong antara anggota dan warga masyarakat. Kedua, Negara harus bersifat aktif dan tidak hanya menyerahkan sepenuhnya persoalan ekonomi kepada mekanisme pasar, yaitu swasta dan koperasi.
 Dalam filsafat ekonomi Islam, alam semesta berupa langit, bumi serta semua sumber alam yang ada padanya bahkan harta kekayaan yang dikuasai oleh manusia adalah milik Allah. Manusia sebagai khalifah diberi hak oleh Allah untuk mengurus dan memanfaatkan alam semesta itu untuk kepentingan dan kelangsungan hidup.

Di dalam ekonomi Islam ada tiga nilai dasar. Pertama, nilai dasar kepemilikan. Setiap orang harus menyadari bahwa harta atau kekayaan yang dimilikinya bukanlah miliknya penuh. Tetapi titipan dan karunia Allah kepadanya. Dan menurut wahbah zuhaili, kepemilikan itu mempunyai fungsi sosial.

Kedua, nilai dasar keadilan. Setiap orang dituntut untuk menegakkan keadilan dan menghormati hak orang lain.  Ini artinya, dalam bidang ekonomi seorang manusia dalam kehidupannya dituntut untuk menjauhi semua praktek kezaliman dalam mendapatkan harta maupun mengelolanya.

Dan ketiga, nilai dasar persaudaraan dan kebersamaan. Dalam perilaku ekonomi, setiap orang harus menjunjung tinggi sikap kepedulian antara satu dengan yang lainnya. Dan harus bisa berbuat sesuatu dengan hartanya yang akan mendorong bagi tumbuh dan kembangnya rasa persaudaraan antara sesama.

Dan dalam system ekonomi Islam ada beberapa instrumental yang harus ditegakkan dan dilaksanakan, yaitu kewajiban membayar zakat dan jaminan sosial.

Pandangan-pandangan Hatta dalam bidang ekonomi sangat sejalan dengan maqashid al syariah atau tujuan dari ajaran Islam. “ inilah yang membuat gagasan Bung Hatta unik dan menarik untuk dielaborasi,” ungkap Anwar Abbas dalam disertasinya yang bertajuk Bung Hatta dan Ekonomi Islam : Menagkap Makna Maqashid al Syariah.

Menurut Anwar, tidak ada satupun yang membahas pandangan ekonomi Hatta ditinjau dari perspektif  ajaran Islam atau dari perspektif keselarasannya dengan pandangan ajaran Islam, dalam hal bagaimana seharusnya ekonomi umat dan Negara dikelola.

Secara umum, lanjut dia, Hatta seorang Muslim yang taat dan dalam sejarah birokrasi Indonesia ia telah diakui sebagai seorang tokoh dan pejabat Negara yang bersih, yang sangat patut disuriteladan.

Namun, dalam taksonomi ketokohan oleh sebagian pihak dia tidak dimasukkan ke dalam tokoh dari kelompok Islam, tetapi dikelompokkan sebagai golongan nasionalis. “ Padahal jika ditelaah lebih dalam dan tajam terlihat substansi, nilai, dan norma Islam yang terinternalisasi dari berbagai karyanya,” papar Anwar.

Bahkan lebih jauh dari itu, sikap atau perilaku hidup Hatta yang disiplin, jujur, kritis, ulet, telaten, cerdas, dan futuristik, inheren dalam aktivitas kesehariannya. Jika dilihat dalam pemilahan atau secara kategoris, betul Hatta adalah penganut Islam religius, tanpa terlalu menonjolkan aspek simbolisme. Dalam aspek sosiologis, Hatta dikategorisasikan sebagai penganut sosialisme religius.
Secara akademis, Anwar lebih menguatkan kesimpulan Nurcholish Madjid dan Sri-Edi Swasono, yang melihat sosok Hatta sebagai sosok yang religius dan bukan sekuler seperti dikemukakan Th. Sumartana, Ricklefs dan Endang Saifuddin Anshari .

Pada aspek filosofis dan teologis, Hatta memandang bahwa perilaku ekonomi manusia harus menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan (ilahiyah) dan kemanusiaan (khalifatullah fil ardh) dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar keadilan, persaudaraan dan kebersamaan ke dalam kehidupan ekonomi yang mereka jalankan.

Di samping itu, diperlukan nilai lain berupa nilai-nilai instumental untuk mendukungnya, seperti nilai kerjasama ekonomi khususnya koperasi dan nilai instrumental demokrasi ekonomi serta peran pemerintah bagi terciptanya keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi semua orang.
 
“Arah pemikiran Hatta adalah, bagaimana menegakkan dan menciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahtera,” ujar Dosen UIN Syahid Jakarta,ini.
 
Hatta menganggap bahwa untuk membangun sistem ekonomi dengan beranjak dari sistem keyakinan agama yang dianutnya yaitu sistem keyakinan Islam. Kendati dalam kaitan ini Hatta tidak menggunakan simbol-simbol keislaman, baik dalam tataran terminologi maupun kelembagaannya. Dalam tataran falsafah ekonomi yang dimilikinya, dia melihat bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan yaitu Allah SWT., zat Yang Maha Tunggal.
 
Dalam pandangan Hatta, alam semesta ini bukanlah milik manusia, tetapi milik absolut Tuhan. Manusia sebagai khalifah-Nya hanya dititipi dan diberi amanat untuk mengelola dan mengambil manfaat darinya. Sebagai konsekuensi logis dari cara pandang demikian, tindakan ekonomi manusia haruslah bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam disertasinya yang telah dibukukan, pria asal ranah minang ini menyimpulkan bahwa sistem ekonomi yang hendak dikembangkan Hatta adalah sistem ekonomi yang berketuhanan, bukan ekonomi yang menghandalkan kebebasan pasar secara mutlak atau memberikan peran yang terlalu besar kepada negara, sehingga menghilangkan dan merampas kebebasan pribadi dan orang seorang untuk berusaha.
 
“Pemikiran ekonomi Hatta itu jika dilihat dari perspektif Islam secara substansial jelas dapat dikatakan paralel dan kompatibel dengan ajaran Islam,” ujarnya.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

'Quote'

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah"
- Pramoedya Ananta Toer-

" Pensil yang tumpul lebih baik dari ingatan yang tajam"
- Kaelany HD -

" Wa Laa Tamutunna Illa wa antum Kaatibuun "
- Prof.Ali Yaqub -




 
Support : Ekonomi Islam | Yans Doank | Murabahah Center
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ryan's Blog - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Yans Doank