Headlines News :
Home » » Baduy

Baduy

Written By Admin on Senin, 19 Desember 2011 | 22.15

Ekonomi Mandiri ala Baduy

Masyarakat baduy hidup dari hasil bumi dan kerajinan tangan. Dengan memanfaatkan kekayaan alam mereka mampu membentuk perekonomian mandiri yang dapat mencukupi papan, sandang dan pangan.

Sebagian antropolog menggolongkan masyarakat Baduy masyarakat terasing. Namun, untuk memasukkan mereka sebagai warga miskin dan tidak mampu, tampaknya tidak cocok. Sebab, tidak pernah ada orang Baduy yang kelaparan atau busung lapar gara-gara tidak punya beras. Barangkali lebih tepat menyebut orang-orang baduy sebagai masyarakat yang mandiri.

Masyarakat baduy di provinsi Banten terbagi menjadi dua,yaitu baduy luar dan baduy dalam. Kehidupan dan budaya baduy luar sudah terkontaminasi dengan kebiasaan dan tradisi di luar baduy. Contohnya seperti cara berpakaian, penggunaan elektronik, dan sudah mengenal transaksi ekonomi dan pendidikan.

Sementara baduy dalam sangat terikat dengan kekuatan adat. Mereka terkenal dengan ketahanan pangannya. Pasalnya, tidak ada satu orang pun kelaparan di sana. “ kalau ada yang kelaparan, bukan orang baduy namanya,” ungkap jaro Dainah seorang tokoh Suku Baduy yang juga menjabat Kepala Pemerintahan Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar.

Memang betul, masyarakat baduy dalam tidak mengenal pendidikan formal, tidak menggunakan elektronik, rumah tanpa tembok, bahkan tidak ada listrik. Tapi bukan karena mereka tidak mampu. Lagi-lagi adat yang begitu kuat menjadikan mereka hidup dalam kemandirian. Sedikit pun mereka tidak pernah mengemis bantuan kepada pemerintah.

Menurut Jaro Dainah, jika hidup di perkotaan mereka mampu membeli rumah bertingkat dan kendaraan mewah. “ tapi semua harta benda itu tidak berarti di sini,” akunya kepada wartawan. Karena standar kesejahteraan mereka berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Jaro Tangtu, wakil kepala adat menambahkan, pemerintah pernah berniat membantu suku baduy dengan pengadaan listrik, alat bercocok tanam, pemberian pupuk, namun ditolak. Bagi mereka, bantuan tersebut akan merubah adat suku baduy dan sedikit demi sedikit kemandirian akan hilang. “ Apalagi kalau bantuan mempunyai tujuan tertentu, tentu kami tolak,” ujarnya.

Sejak kecil, kata dia, setiap pagi anak-anak dibawa ke ladang untuk belajar bercocok tanam. Bercocok tanam merupakan mata pencaharian utama mereka untuk bertahan hidup. Ketika panen tiba, padi-padi tersebut disimpan ke dalam ‘Leuit’ atau lumbung padi sebagai persediaan pangan jika kekeringan melanda. “ dan juga dipakai ketika ada perayaan, seperti perayaan pernikan dan perayaan hari-hari besar suku baduy,” tuturnya.

Padi di dalam ‘Leuit’ dapat bertahan selama puluhan tahun, bahkan ratusan tahun. Pepatah sedia payung sebelum hujan ternyata sangat mereka amalkan. Sebagaimana persediaan padi di dalam leuit. Tak heran jika mereka tidak pernah kelaparan.

Selain bercocok tanam, penghasilan mereka berasal dari penjualan hasil tenun dan kerajinan tangan  seperti tas, gantungan kunci, dan gelang tangan khas baduy. Dan semuanya terbuat dari hasil kekayaan alam yang mereka miliki. Lalu, dijual di berbagai pameran di perkotaan.

Menurut Gelar Suprijadi, Ketua Bidang Ketersediaan Badan Bahan Pangan Provinsi Banten mengatakan, masyarakat baduy sudah nyaman dengan kehidupannya. Mereka hidup dari hasil bumi dan kerajinan tangannya. Jika dilihat dari Kesejahteraan, mereka sudah mencukupi papan, sandang dan pangan. “ tapi ukuran sejahtera mereka,” ujarnya.

“ Dengan semangat melestarikan adat istiadat, masyarakat baduy dapat menjaga lingkungan alamnya tetap lestari dan mandiri pangan,” tambah Gelar.

Bahkan ketika Indonesia dilanda kekeringan sehingga harga beras melambung tinggi, mereka tidak merasakan kesusahan. Karena di dalam ‘Leuit’ masih banyak persediaan padi. “ tidak pernah mereka berfikir menjual hasil panen padinya ke luar, padahal jika dijual harganya sangat tinggi karena alami tidak bercampur pestisida,” ungkap alumni Universitas Padjajaran ini.

Suatu kebanggaan tersendiri melihat masyarakat baduy yang sangat mempertahankan adat istiadatnya di tengah kehidupan hedonisme masyarakat perkotaan. Walaupun sering kali mereka pergi ke kota untuk menjual kerajinan tangannya, tetapi tetap berpegang teguh terhadap adat dan tidak terpengaruh kehidupan masyarakat kota.

Kemandirian suku baduy patut dicontoh, mereka dapat hidup dengan mengandalkan kekayaan alam. Sudah seharusnya Indonesia yang dianugerahi kekayaan alam dan hamparan laut luas dapat memanfaatkannya dengan baik. Ryan Febrianti
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

'Quote'

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah"
- Pramoedya Ananta Toer-

" Pensil yang tumpul lebih baik dari ingatan yang tajam"
- Kaelany HD -

" Wa Laa Tamutunna Illa wa antum Kaatibuun "
- Prof.Ali Yaqub -




 
Support : Ekonomi Islam | Yans Doank | Murabahah Center
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ryan's Blog - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Yans Doank