Risalah
Dr. M.Ihsan Dacholfany M.Ed
Gaya Kepemimpinan Kyai Gontor Melahirkan Generasi Berkarakter
“ Belakangan ini pendidikan berkarakter menjadi topik utama di dalam dunia pendidikan. Pasalnya kegiatan-kegiatan di sekolahan selama ini gagal melahirkan generasi berkarakter. Sebaliknya pendidikan berkarakter ditemui di lingkungan pesantren. Seperti apa sistem pendidikan yang diterapkan pesantren?”
Bangsa Indonesia sekarang ini sedang mengalami krisis kepemimpinan, integritas dan krisis moral. Sebagaimana disampaikan oleh Surya Darma Ali, Mentri Agama Republik Indonesia dalam tausyiahnya pada Manaqib Qubro Bahtsul Masail di Pondok Pesantren Raudhatul Mubtadi’in, Balekambang, Jepara, Jawa Tengah, bahwa saat ini bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan dan mengalami kekurangan pemimpin yang bisa diteladani.
Selanjutnya, Said Aqil Siroj ketua Umum PB NU mengatakan bahwa krisis yang terjadi sekarang ini sama dengan yang melanda pada tahun 1998 yaitu krisis yang berangkat dari krisis moral dengan maraknya kasus korupsi dan kolusi. ”Karena krisis dunia ini berangkat dari krisis moral, maka perlu diselesaikan secara moral,” papar Aqil.
Hal senada diungkapkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, bahwa perlu sebuah terobosan besar untuk mengatasi krisis moral dan korupsi yang menjangkiti semua elite bangsa.
Krisis kepemimpinan yang dimaksud mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tidak menjadi tauladan yang dipimpinnya, banyak menggunakan kekuasaan dan kewenangannya untuk kepentingan diri, keluarga dan golongannya, tidak berpihak kepada kepentingan rakyat yang dipimpinnya, korupsi, jika melakukan kesalahan, tidak mau mempertanggungjawabkan kesalahannya, sebaliknya menghindar dan pergi ke negara lain, berpura-pura sakit dan tidak memiliki rasa malu.
Krisis kepemimpinan tersebut muncul karena adanya split personality, memiliki dua jati diri, disatu segi ia sebagai ummat beragama yang rajin beribadah, tetapi disisi lain perilakunya tidak menggambarkan akhlak yang diperintahkan oleh agamanya. Seluruh kegiatan ibadahnya tidak mempengaruhi perilaku sehari-harinya.
Menurut Suderadjat, bahwa split personality,orang munafik adalah tidak adanya satu kesatuan antara ucapan (ilmu), sistem nilainya (iman) dan perbuatan (amal), padahal Allah dengan tegas dalam firman-Nya agar orang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan).
Di dalam Pasal 3 UU dinyatakan dengan jelas tentang fungsi dari pendidikan nasional yaitu,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Menurut Sauri, Istilah Tri Pusat Pendidikan yang digunakan pertama kali oleh Ki Hadjar Dewantara menyebut lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat berperan penting bagi keberhasilan pendidikan anak. Akan tetapi dalam kenyataannya, tri pusat pendidikan ini seringkali tidak saling mendukung demi mensukseskan pendidikan anak. Ini dapat mengakibatkan terbentuknya generasi-generasi yang memiliki split personality.
Permasalahannnya, Para orangtua seringkali terlalu mengandalkan sekolah sebagai pendidik anak-anak mereka. Seharusnya mereka ikut mendukung dan mensukseskan program pendidikan. Begitupun dengan kondisi di sekolah, kepala sekolah dan para guru seringkali tidak mencerminkan sebagai pendidik yang baik dalam keseharian mereka.
Dari sinilah pendidikan yang berlatar belakang pondok pesantren mempunyai peranan penting dalam menumbuh kembangkan akhlak seseorang dalam berprilaku terhadap sesamanya.
Pesantren adalah salah satu bentuk dari lembaga pendidikan yang mengajukan pengajarannya pada nilai-nilai islami. Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tertua di tanah air yang memberikan andil sangat besar dalam mencerdaskan kehidupan ummat dan bangsa. Jika di pendidikan formal sekolah lebih berorientasi pada pencapaian akademik dan materi semata.
Kyai sebagai pucuk pimpinan pesantren yang mengatur, mengelola dan menata pesantren sehingga menjadi baik dan sempurna. Menurut Imam Zarkasyi, Pendiri Podok Modern Darussalam Gontor, Besarnya peran yang dilakukan oleh kyai pesantren tersebut bukan suatu kebetulan, tetapi ada nilai yang mendasarinya.
“ Dimensi soft skill berpengaruh terhadap kinerja individu dan organisasi, yaitu nilai, keyakinan, budaya dan norma perilaku. Nilai-nilai adalah pembentuk budaya, dan merupakan dasar bagi perubahan dalam hidup pribadi atau kelompok,” Jelasnya.
“ Keberadaan kyai sebagai pemimpin pesantren sangat unik untuk diteliti. Tugas dan fungsi seorang kyai tidak hanya sekadar menyusun kurikulum, membuat sistem evaluasi dan menyusun tata tertib lembaga, melainkan juga menata kehidupan seluruh komunitas pesantren,” ungkap Dr. M.Ihsan Dacholfany M.E dalam disertasinya yang berjudul “ Gaya Kepemimpinan Kyai dalam Pendidikan Karakter Pesantren Modern Darussalam Gontor Jawa Timur (2011).”
Dalam disertasinya, Ihsan membahas lima poin utama sebagai penelitiannya dengan cara wawancara langsung KH. Abdullah Syukri Zarkasyi selaku Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) di Ponorogo Jawa Timur. Lima poin tersebut yaitu, gaya kepemimpinan kyai Gontor, proses pendidikan karakter, karakter lulusan yang diinginkan, hambatan dan solusinya.
Pertama, Kyai PMDG menggunakan gaya kepemimpinan religio-paternalistic, di mana adanya suatu gaya interaksi antara kyai dengan para santri atau bawahan didasarkan atas nilai-nilai keagamaan yang disandarkan kepada gaya kepemimpinan nabi Muhamammad saw.
Pimpinan PMDG sekaligus menjadi figur keteladanan bagi santri, guru, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Karena dalam prakteknya, Pimpinan terjun langsung dalam pengarahan, penugasan, pengawalan dan evaluasi setiap kegiatan yang ada di dalam proses pendidikan dan pengajaran di PMDG.
“Pimpinan juga selalu berpedoman bahwa apa yang dikerjakan, dikatakan serta prilakunya adalah untuk ibadah karena Allah sehingga mengharapkan ridho Allah,” jelas pria asal Palembang ini.
Kedua, Proses mendidik karakter santri berjalan selama 24 Jam x 7 hari. Artinya 24 jam penuh 7 hari dalam satu minggu. Pendidikan karakter dibangun dengan metode keteladanan, pengarahan, pembiasaan, pelatihan (penugasan dan evaluasi), partisipasi, hukuman dan penghargaan.
Kyai mengatur seluruh kegiatan pondok tidak sendirian. Ia memberikan kepercayaan kepada para guru dan santri untuk membangun dan mengembangkan pondok. Dengan cara Pengarahan dan tranformasi nilai dan sistem Pesantren yang terangkum dalam visi, misi, orientasi, sintesa, nilai, panca jiwa, panca jangka dan motto-motto dalam setiap kesempatan dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Selain itu dengan pendelegasian beberapa amanah pengelolaan sektor-sektor tertentu dan penegakan disiplin yang tegas tanpa dispensasi. “ contohnya, santri dipercaya mengelola koperasi pelajar sebagai pusat belanja kebutuhan satu-satunya di Pondok,” ungkap Ihsan.
Pondok Modern Darussalam Gontor berusaha mencetak para pemimpin masa depan yang mampu berjuang di bidang apapun. Dengan bekal karakter mukmin yang kompeten kuat dan life skill yang telah terbentuk serta mampu berjuang dimana pun dengan segala kendalanya. “ Gontor ingin mencetak generasi muda Islam yang tidak hanya kuat dalam ‘ilmu ‘ilmiyah tapi juga dalam ilmu ‘amaliyah,” kata Alumni Gontor angkatan 1997 ini.
Dalam memimpin Pondok bukan tanpa kendala. Namun, apapun kendalanya selalu ada solusi untuk menanganinya. Kendala-kendala yang ada di pesantren bentuknya bermacam-macam. Salah satunya Banyaknya santri yang datang dari berbagai daerah membawa keragaman latar belakang budaya dan perekonomian yang berbeda-beda.
Selain itu, jumlah santri yang tak pernah sepi dan kegiatan-kegiatan yang tak pernah berhenti membutuhkan biaya besar. Ditambah lagi tuntutan orang tua terhadap kualitas lulusan pesantren.
Namun, Kyai selalu punya cara mengatasi kendala-kendala tersebut dan selalu mengutamakan pendidikan karakter untuk diri dan anggota kelurga sehingga menjadi contoh bagi orang sekitarnya. Dan kebutuhan biaya yang besar ditangani dengan membangun unit-unit usaha untuk menghasilkan uang secara mandiri. Sekaligus sebagai media pembelajaran santri dalam kewirausahaan.
Ihsan menyarankan Kyai agar tetap mempertahankan sistem pendidikan yang teruji bertahun-tahun ini. Dan untuk masyarakat umum, perlu diketahui bahwa Pendidikan karakter sangat memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung. “ sistem boarding school sangat tepat membangun karakter siswa,” ujarnya. Ryan Febrianti
Box
Biodata :
Nama : Dr. M. Ihsan Dacholfany, M.Ed
Lahir : Palembang, 29 Juli 1975
Pendidikan :
• Pondok Pesantren Darussalam Gontor, 1997
• Institut Studi Islam Darussalam Gontor, 1998
• Sarjana Ekonomi, Universitas Indonesia, 2002
• S2 Universitas Kebangsaan Malaysia, 2004
• S3 Universitas Islam Nusantara Bandung, 2011
Riwayat Pekerjaan :
• Guru Pesantren Pondok Modern Darussalam Gontor
• Guru Pesantren Husnayain Jakarta
• Staf Kurikulum dan Ketua Pengasuh Pesantren Yayasan Mutmainnah
• Guru di Sekolah Integrasi Kaffah Malaysia
• Dekan Kampus IPRIJA
• Dosen di Universitas Ibnu Khaldun, STM IMNI, STID M Natsir, IAI Al-Ghurobaa
• Wakil Direktur PGTKI Tunas Islam
• PUDEK Kemahasiswaan STAI Bani Saleh dan STAI Negeri Jurai Siwo Metro, Lampung
Pengalaman Organisasi :
• Wartawan Darussalam Pos
• Pemimpin Redaksi Jurnal Lentera Tarbiyah
• Presiden Kampus
• Sekretaris Umum Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) UKM
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !